Untukmu Yang Kucintai Namun Tak Dapat Kumiliki
Umur terhitung tak lagi muda.
Tak lagi punya niatan menjalin hubungan yang main-main. Banyak dari mereka yang datang silih-berganti, menawarkan cinta namun tak ada yang benar-benar berbeda, semua retorika. Dan hadirmu, tanpa disengaja, membuka tiga mataku, dua di kepala, dan satu di dada, ya tepatnya di hati.
Pada mulanya, pertemuan kita adalah apa yang kita kira tak terencana namun sudah ada dalam rancangan-Nya. Tak munafik, parasmu yang menarik memang jadi alasanku yang pertama. Namun seiring berjalannya waktu, mengenali seluk beluknya sikap dan kepribadianmu, hingga kesisi burukmu, semuanya memenangkan hatiku. Di senyummu yang cerah, bahagiaku seolah-olah tumbuh. Di raut cemberutmu, sabarku belajar dan kian bertambah. Seluruh kekurangan, tak pernah sekalipun mengurangi perasaanku, karena bagiku, yang sempurna sungguh tak ada apa-apanya dibanding ia yang jujur, tulus dan apa adanya. Kesederhanaanmu selalu sanggup membuatku merasa cukup. Tawamu tak pernah dibuat-buat, lepas dan bebas.
Jadi bagian dari rute hidupmu adalah jalan yang ingin kutempuh. Tetapi kenapa, setelah ku temukan kamu, dan sekali lagi ingin ku percaya cinta, kisah kita tak bisa tercipta. Aku dan kamu terlahir sebagai manusia, serupa yang secitra. Namun sayang kita berasal dari "dunia" yang tak sama. Untuk jatuh cinta saja buat kamu adalah hal yang sulit. Mencintai seseorang saja kamu perlu benar-benar memilih, bukan hanya dengan hati, juga karena adanya aturan yang bagiku tidak masuk akal. Bukankah cinta, asalnya dari sang pencipta? Namun Kenapa harus dipisah, hanya karena "dunia" milikku dan milikmu berbeda? Padahal kedua "dunia" kita, hanya dicipta oleh manusia. Kamu orang yang taat aturan, dan bagimu, aturan tetaplah aturan. Kebiasaan yang sudah ada sejak lama. Diturunkan oleh kedua orang tuamu, yang mencintai dan melindungi sejak dini. Anak yang baik tidak akan durhaka pada orang tuanya. Toh, siapakah aku, hanyalah manusia yang baru saja mengenal adamu. Tetap saja bagiku, segalanya terasa begitu tidak adil. Tidak ada yang benar-benar adil di dunia, sebab segalanya sudah punya porsinya. Kamu seseorang yang tangguh. Meski berkali-kali jatuh, tetap saja berpegang pada prinsipmu yang teguh. Hatimu sekeras karang, sekuat baja. Patahkan hati sendiri pun tetap kamu jalani. Mengorbankan segala rasa demi tetap setia pada aturan orang tua.
Tidak usah kamu peduli tentangku, dan tentang perasaanku. Biarkan saja, hati selalu punya cara untuk sembuhkan lukanya, apalagi perihal cinta.
Mungkin memang kita hanyalah sebuah kebetulan, mungkin memang kita tidak pernah direncanakan oleh Tuhan. Kisah kita tidak mungkin terjadi, tetapi sesekali kepalaku berimajinasi, bertanya-tanya, bisakah masing-masing dari kita, sejenak melupakan ego dunia, dan biarkan cinta yang mengambil segala kendalinya?
Belajar mengiklaskan mungkin satu-satunya, bila memang takdirku bukan takdirmu. Kisah ini pun nantinya akan jadi pembelajaran masing-masing dari kita. Dan kita saling sepakat, titik tertinggi mencintai, bukan dengan saling memiliki. Bila nantinya kutemukan tubuhmu di dekap yang lain, dan senyummu begitu cerah, kamu tahu, meski di dada terasa sakit, di mataku berlinang air, bahagiamu tetaplah jadi bahagiaku. Ingatlah aku di dalam dirimu, kelak kita akan berada pada satu atap, dan kamu sebagai tamu, di dalam rumahku.
Komentar
Posting Komentar