Rindu yang Tak Temu
***
Cerita sendiri tanpa telinganmu yang biasanya selalu jadi tempat ternyaman untuk mengeluh.
Tanpa bahumu yang biasanya maju paling depan saat dunia saya pilu. Dan bahkan, setelah babak denganmu usai saya menjadi manusia paling sengsara di muka bumi. Manusia paling rugi karena mungkin saya belum bisa menghargai apa artinya temu.
Menjadi satu-satunya kehilangan yang bahkan sampai hari ini masih saya sesali kenapa harus selesai.
Mungkin dulu saya kira saya akan menjadi satu-satunya rindu yang paling sakit. Tapi ternyata saya salah. Meskipun kamu duluan pergi, tapi nyatanya sekarang masih kamu rindu yang paling sakit buat saya. Rindu yang paling tidak boleh, karena sejatinya walaupun bersama juga tidak akan ada titik temu. Wajar kalau sampai sekarang rindu kita semu.
Dulu kita selalu berharap kepada bintang yang jatuh untuk jadi perantara pengantar rindu. Mungkin sekarang bintangnya kelelahan karena tidak akan ada lagi temu untuk sekedar melepas rindu.
Sepahit ini kenyataan yang harus kita tempuh. Kamu jalan semakin mundur, sedangkan saya semakin jauh untuk dikejar.
Sekedar rindu momen dimana, dulu kamu yang sibuk mencari topik obrolan dikolom chat kita. Dulu setiap pagi kamu menjadi satu-satunya notifikasi yang paling saya tunggu. Sekedar menjadi teman ngobrol waktu kamu lagi di jalan. Senang, bisa mendengarkan semua keluh kesah pekerjaanmu yang berat, walau tidak bisa bantu banyak. Tapi, apa gunanya telinga saya kalau bukan buat mendengarkan semua ceritamu tentang hari ini. Apa guna bahu saya, kalau bukan buat bebanmu.
Bahkan sampai sekarang pun saya masih ingat setiap detik tentangmu. Tentang harum badanmu yang dulu sering saya peluk, sudut-sudut matamu yang selalu nyaman saya tatap. Hingga detail rambutmu yang saya masih hafal betul kearah mana harus disisir.
Berdua berjalan menuju kampung halaman dengan melewati bebatuan. Dan saat hujan, di atas motor, pelukmu masih hangat berada diingatan saya.
Dulu saya kira setelah perpisahan terbaik perihal takdir itu terjadi, saya akan menjadi rindu tersakiti buatmu. Tapi nyatanya, justru kamu yang menjadi rindu yang paling sakit di saya.
Saya kira lukanya sederhana, ternyata susah juga sembuhnya. Apapun kedepan yang akan terjadi, rindu kita akan tetap semu, tidak akan ada lagi kata temu. Dan saya yakin, masih saya orang yang paling istimewa selama hidupmu. Seperti katamu dulu, sebelum kamu pergi untuk selamanya....
💔💔💔
🎚️ 12 Februari 2021
Komentar
Posting Komentar